Evaluasi dan re-disain tipologi ruang terbuka hijau (kasus daerah perkotaan di Provinsi Papua Barat)

  • Marlina Rumiris Program Studi S2 Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Papua Jalan Gunung Salju, Amban, Manokwari, Kodepos 98314, Papua Barat, Indonesia
  • Roni Bawole Program Studi S2 Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Papua Jalan Gunung Salju, Amban, Manokwari, Kodepos 98314, Papua Barat, Indonesia
  • Thomas Pattiasina Program Studi S2 Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Papua Jalan Gunung Salju, Amban, Manokwari, Kodepos 98314, Papua Barat, Indonesia
Keywords: Green Open Space, Amelioration of Micro-Climate, Green Resolutions.

Abstract

In general, the presence of green open space as one element in the urban spatial is very weak and the potencial is reduced portion because they do not have a high economic value. One function of green open space is for micro-climate amelioration, making green open space as a lugs of the city for helping the formation of a cool and comfortable climate in the vicinity. This comfort is determined by the interdependence between the factors of air temperature, air humidity, light and wind movement. Vegetation can improve the quality of the local climate or reducing temperature named micro-climate amelioration function as well. This study aimed to evaluate and redesign the typology of green open space to create green resolution with conversion of carbon to compansate for changes in the landscape that occur as a result of ongoing development. The study was conducted in urban areas of West Papua Province with five cases were selected purposively. Refers to the Ministry of Public Work No. 5 of 2008 and some related references, the results of research (qualitative exploration research) showed that 3 of the 5 cases have not met the ideal typology of Green Open Spaces, while two other cases have met the ideal typology for ecological function, but remain in need of the final material. Redesigns of Green Open Spaces that has been generated from this study are expected to restore ecological functions with holding the ecologycal aspect as a priority matter to consider as well. Therefor those can be used by local goverments for planning repairs or improvements in the future.

References

Adisasmito W, (2008). Rancangan Peraturan Daerah Kota Cilegon Tentang Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon. Naskah Akademik. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Anonim. (2002). Undang-Undang Re-publik Indonesia No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Ge-dung.

Anonim. (2005). Pengembangan Sistem RTH di Perkotaan. Makalah Lokakarya. Laboratorium Peren-canaan Lanskap Departemen Ar-sitektur Lanskap. Fakultas Perta-nian. Institute Pertanian Bogor.

Anonim. (2007). Undang-Undang Re-publik Indonesia No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.

Anonim. (2008). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.5/PRT/M/ 2008 Tentang Pedoman Penye-diaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Kementerian Peker-jaan Umum: Jakarta.

Anonim. (2012). Creating Space for Better Life. Departemen of Ar-chitecture Faculty of Civil Eng-gineering & Planning. Procee-ding Book. Universitas Trisakti: Jakarta, [pg 204, 301, 387, 409, 423, 449,455, 473,527, 567,711].

Amirin, TM. (2009). Penelitian Eks-ploratori (eksploratif), diunggah tanggal 29 Agustus 2009. http://tatangmanguny.wordpress.com).[pengambilan data tanggal 20 Februari 2014].

Arman, I. (2014). Komposisi dan Timbulan Sampah Serta Produk-si Emisi Gas Rumah Kaca Lim-bah Padat di Kabupaten Manok-wari. Tesis. Program Pascasar-jana Universitas Negeri Papua.

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Institute Pertanian Bogor Press: Bogor

Dahlan, EN. 2008. Tanaman Penyerap Karbondioksida, Harian Jurnal Asia pada 07 Oktober 2014. http://jurnalasia.com/2014/10/07/tanaman-penyerap-karbondiok-sida. [pengambilan artikel tang-gal 23 November 2014].

Dewi EP, 2009. Analisis Ruang Ter-buka Publik Bersejarah Dalam Rangka Revitalisasi Kota Tua Jakarta. Tesis. Program Pascasar-jana Institute Pertanian Bogor.

Direktorat Penataan Bangunan dan Ling-kungan 2012. Menata Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Per-kotaan. Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
http://leumburkuring.files.wordpress.com/2012/05/menataruang-terbuka-hijau-di-kawasan-perko-taan.pdf. [pengambilan data tang-gal 2 April 2014].

Dwi D, 2011. Model Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Sebagai Daerah Resapan di Wilayah DKI Jakar-ta. Tesis. Program Pascasarjana Institute Pertanian Bogor.

Hastuti E. dan Utami T, 2008. Potensi Ruang Terbuka Hijau Dalam Pe-nyerapan CO2 di Permukiman. Naskah. Pusat Penelitian Pemba-ngunan Permukiman. Bandung.

Kusminingrum N, 2008. Potensi Tana-man Dalam Menyerap CO2 dan CO untuk Mengurangi Dampak Pemanansan Global. Naskah. Pu-sat Litbang Jalan dan Jembatan. Bandung.

Moniaga IL, 2008. Studi Ruang Terbu-ka Hijau Kota Manado Dengan Pendekatan Sistemik. Tesis. Pro-gram Pascasarjana Institute Per-tanian Bogor.

Nirwono Y, 2011. RTH 30%! Resolusi (Kota) Hijau. PT. Gramedia Pus-taka Utama:Jakarta.

Radnawati D, 2005. Evaluasi RTH Ko-ta Depok Sebagai Kawasan Kon-versi Air Menggunakan Data Sa-telit Temporal. Tesis. Program Pascasarjana Institute Pertanian Bogor.

Sihombing R, 2012. Kajian Kebutuhan Jalur Hijau Sebagai Penyerap Emisi Karbondioksida Kendara-an Bermotor Disepanjang Jalan Arteri Kota Manokwari. Tesis Program Pascasarjana Universi-tas Negeri Papua.

Sukandarrumidi 2002. Metodologi Pe-nelitian. Gajah Mada University Press: Yogyakarta. Tim IPB 1993. dikutip oleh Mukafi A, 2013. Tingkat Ketersediaan Ru-ang Terbuka Hijau di Kota Ku-dus. Skripsi. Program Studi Pen-didikan Teknik Bangunan. Uni-versitas Negeri Semarang.
Published
2019-07-18
How to Cite
Rumiris, M., Bawole, R., & Pattiasina, T. (2019). Evaluasi dan re-disain tipologi ruang terbuka hijau (kasus daerah perkotaan di Provinsi Papua Barat). Cassowary, 2(2), 147-161. https://doi.org/10.30862/casssowary.cs.v2.i2.28
Section
Articles